Selasa, 11 Oktober 2011

http://kinderart.com/painting/bellabutterflies.shtml
BELLA BUTTERFLIES

 

Grade: K-6   •   Age: 4-10  •  Written by: Claudia Peterson
[Claudia is teacher at Immaculate Heart of Mary in Wayne, NJ]

share   comment   contribute   print

Objectives:

  • Students will review symmetry while creating a crayon resist butterfly.

What You Need:

  • Watercolor or heavy white paper, 12x18.
  • White drawing paper, 9x12.
  • Watercolors.
  • Black crayons.

What You Do:

  • Start the lesson by discussing the concept of symmetry. I always show the students how the human body is symmetrical. Discuss how butterflies are symmetrical - one side is the same as the other side. Show pictures of butterflies.
Day one:
  1. Fold the white 9x12 paper in half. Folded the sheet of paper should be 6x9. Have the students draw half a butterfly - do examples on the board. (If necessary have a few different templates on hand).
  2. Have the students cut out the half of butterfly. When they are finished cutting they will have a whole butterfly.
  3. Have the students trace the butterfly on the 12x18 paper with a black crayon.
  4. On one side of the butterfly have the students make different sections using the black crayon. Encourage the students to make the sections medium to large.
  5. When completed with the one side have the students fold the butterfly in half and rub the paper so the black lines will appear on the other half.
  6. Have the students go over all the lines one more time with a black crayon. Make sure the students press hard on the crayon so the black is very dark.
click to enlarge Day two:
  1. Discuss watercolors with the students and have them paint the butterfly. Since the black lines created by the crayon will not allow the watercolors to bleed into other sections, this is a form of crayon resist. Remind them that each side needs to be the same, so as they paint one section on the right they will paint the matching section on the left the same color.
  2. Paint the background one color.
  3. Let dry.
Day three:
  1. Trim the pictures.
  2. Frame on a black piece of paper.

Senin, 10 Oktober 2011

Melawan Raksasa


MELAWAN RAKSASA
Di hutan larangan muncul sesosok Raksasa pemakan hewan dan buah-buhan hutan. Raksasa ini ganas. Selalu lapar. Hingga membuat semua hewan di hutan ketakutan.
Mereka lalu berunding untuk melawan Raksasa, namun ternyata tak satupun diantara mereka berani berhadapan dengan aksasa yang gans itu. Ketika mereka sedang ramai berbicara, si Kancil lewat. Si Kancil heran karena para hewan yang biasanya suka bercanda, hari itu tampak bersedih. Si Kancil mendekati mereka dan mendengarkan apa yang sedang dirundingkan.
Si Kancil berfikir keras. Kemudian katanya, “wahai, teman-temanku, aku tau kalian merasa terancam, karena ku dengar Raksasa itu suka melahap monyet, juga kerbau. Tapi, jika kalian bersatu, keberanian akan tumbuh. Didukung siasat yang jitu, kalian pasti mampu mengalahkan Raksasa itu.”
“ sebenarnya aku tidak khawatir,”kata si beo
“aku kan bisa terbang jadi tak mudah bainya untuk menangkapku. Yang kukhawatirkan seandainya dia menemukan sarangku. Asti telur-telurku dan anak-anakku yang masih kecil-kecil akan dilahapnya.”
Si Kancil yangsejak tadi memutar otak tetap tenang saja. Gajah yang berbadan besar itu tampak paling gelisah. “cil! Tolong bei kami petunjuk untuk melawan Raksasa buas itu!”
Kancil mengutarakan siasatnya,”aku akan menemui Raksasa. Coba kau, beo, liat ari udara. Carilah dimana Raksasa berada. Teman-teman yang berbadan besar, gajah, kerbau, lembu, kalian pergi ke hulu sungai. Bendunglah sungai itu. Pakailah batang-batang pohon pisang untuk merapatkan endungan, juga dedaunannya. Setelah aku berunding dengan Raksasa, aku akan pergi bersamanya kebagia hilir sungai.”
“hei beo, awasi aku terus dari udara.” Kata Kancil.” Aku akan menggarukgaruk kepalaku sebagai isyarat. Nanti kalau aku beri isyarat itu, kau terbang ketempat gajah dan kawan-kawan di hulu. Katakan pada mereka agar bendungan dibuka. Akan ada banjir. Air bah itu akan turun melanda bagian hilir. Aku dan Raksasa pasti akan melihatnya.” Kalian semua jangan menampakkan diri. Menyisihlah ke tempat lain.”
Kancil menemui Raksasa. “wahai tuanku Raksasa yang gagah perkasa.” Raksasa agak terkejut “ hai Kancil!berani benar kau mendekatiku. Untung perutku masih penuh.”
“tenaglah tuanku. Aku datang kemari karena ingin mengangkat tuanku menjadi raja penguasa di hutan ini. Aku akan melayani keperluan tuan sehari-hari!”
“wah! Benarkah kau akan memanjakanku setiap hari?”
“tua tidak cukup hanya memakan daging dan buah-buahan saja. Bahkan air tawar yang banyak terdapat di sungai adalah makanan yang banyak mengandung gizi. Kita bisa memasang jaring atau mengailnya. Kancil lalu mengajak Raksasa berjalan ke tepi sungai. Mereka bertengger di sebatang pohn yang sangat besar dan rimbun daunnya, serta panjang sulur-sulurnya. Sambil mengawasi ikan-ikan di sungai.
Tak lama kemudian Kancil memberi isyarat. Maka banjirlah sungai itu. Setelah air bah reda si Kancil mengecek ke bawah. Si Raksasa mengkutinya. “lihatlah, tuan Raksasa banyak kan besar yang tersangkut di semak-semak. Kita tinggal memungguti mereka.
“ayo, kita pesta ikan bakar,”sahut si Raksasa.
Kancil dan Raksasa memungguti ikan-ikan yang tedampar itu. Raksasa kegirangan karena hari itu dia pesta ikan panggang. Kancil kemudian minta diri. Raksasa merasa senang mendapatkan teman yang menyenangkan.
“silahkan sahabatku. Kapan-kapan datanglah kemari lagi. Aku akan sediakan buah-buahan segar untukmu.setelah meninggalkan Raksasa, si Kancil menjumpai kawan-kawannya di tengah hutan itu.”cil, payah kamu. Kami yang bersusah payah membendung sungai, kamu yang enak-enakkan berpesta pora ikan panggang dengan Raksasa.
Beberapa waktu kemudian Kancil mengumpulkan teman-temannya lagi. Rupanya ia sudah mempersapkan rencana kedua. Kancil memerintahkan hewan-hewan bertubuh besar untuk membendung sungai lagi. Bahkan dimintanya agar bendungan yang mereka bikin itu lebih tingga dan lebih rapat. Si monyet dan teman-temannya dimintanya untuk mempersiapkan tali-tali rotan sebanyak-banyaknya. Burung beo tetap dijadikan mata-mata dan penghubung dari udara.
Si Kancil bersama para monyet lalu menemui si Raksasa. Raksasa senang melihat kehadiran Kancil. Kancil yang sudah dipercaya itu lalu berkata, perlu tuan ketahui, saya mendengar kabar dari langit bahwa manusia di bumi akan dihukum, karena mereka sering melakukan hal-hal yang buruk, berbuat maksiat, suka berbhong, suka menindas sesamanya. Bumi termasuk seisi hutan ini akan dilanda banjir bandang seperti di zaman nabi nuh. Kita harus segera menyelamatkan diri. Kita naik ke pohon saja.”
Si Kancil dan Raksasa memanjat pohon besar yang bersulur-sulur itu.
“ kita akan lebih aman lagi kalau kita ikat tubuh kita dengan sulur-sulur ini. Agar tidak terlempar ke dalam sungai.” Kancil mulai mengikat dirinya sendiri dengan sulur-sulur yang terjulur.Raksasa itu mengikuti tingkah si Kancil. Gerimis mulai jatuh. Para monyet ikut membantu mengikat tubuh Raksasa dengan kuat sekali. Raksasa sangat percaya pada Kancil maka dia menurut sajaapa yang diperintahkan Kancil dan diperbuat oleh para monyet.
Air bah segera datang dengan suara gemuruh. Sementara itu mnyet-monyet itu terus saja melilitkan rotan ke tubuh si Kancil dan Raksasa. Ikatan pada si Kancil tidak begitu kuat. “tidak usah khawatir, tuanku, kata si Kancil. “kita aman di atas pohon ini. Air bah tidak akan mencapai tempat kita ini. Apalagi kawanan monyet ini akan selalu melayani kita, karena kita memperbolehkan kita tinggal di pohon ini sambil membantu kita.”
Air bah ternyata tidak segera reda, karena hujan lebat memang sedang turun di wilayah hulu sungai. Si Raksasa rupanya merasa aman. tubuhnya terayun-ayun di atas pohon besa. Ketika senja tiba si Raksasa tampak tertidur pulas. Sementara Kancil dan kawan-kawannya elepas semua tali rotan di badan mereka masing-masing. Perlahan-lahan mereka turun dari atas pohon besar itu, kemudian menghilang secept kilat ke dalam hutan. Hari telah berganti malam, Raksasa tetap terikat erat diatas pohon. Keesokkan harinya si beo mendapat tugas mengintip keadaan si Raksasa. Dari kejauhan terlihat gergasi itu berusaha melepaskan diri dari lilitan sulur dan rotan yang mengikat tubuhnya. Tapi percuma saja, ikatan itu sangat kuat. Akhirnya si Raksasa mati di atas pohon. Semua binatang merasa senang karena terbebas dari ancaman maut Raksasa. Kancil memang bertubuh kecil tapi akalnya betul-betul hebat luar biasa.

Masuk Galian Sendiri




 MASUK GALIAN SENDIRI
Kera cerdik ini bernama Keo Kera. Tapi sayang, kera ini nakalnya luar biasa. Berulang kali dia berbuat ulah tercela, tak jarang ia mencelakai teman-temannya.
Pagi itu, baru saja dia keluar dari rumahnya, dilihatnya si Cici Kelinci berlari pagi. Cici berlari melewati depan rumahnya. Wah, begitu segar tubuh si Cici Kecil
“Cici, apa kamu berlari pagi setiap hari?” si Keo Kera yang merasa iri bertanya. “Tentu! Bukankankah lari pagi amat berguna?”
Jawab si Cici Kelinci dengan wajah berseri.
Lalu timbullah niat jahat si Keo Kera. Rupanya dia ingin membuat si Cici celaka
Begitulah dia pun berencana menggali lubang. Maka dibawanya cangkul bergagang panjang.
Oleh si Keo Kera, lubang segera digali. Letaknya tapat di bawah pohon kenari. “nah, di atas dahan itu aku besembunyi, “ pikir si Keo Kera didalam hati.
Akhirnya, lubang yang dalam selesai digali.”kerja kerasku ternyata tak sia-sia. Sebentar lagi tontonan segar akan ku nikmati. Oh, malang benar nasibmu Cici Kelinci!”
Pagi hari yang cerah kembali tiba. Si Keo Kera menjalankan niat jahatnya. Bersembunyilah dia di dahan pohon kenari. Di bawahnya menganga lubang galian sendiri.
Dari kejauhan terlihat si Cici Kelinci. Dia berlari pagi dengan rasa gembira. Sungguh, sedikit pun dia tidak menyadari akan dicelakakan oleh si Keo Kera.
Kearah lubang si Cici Kelinci berlari. “hi...hi.. akan ada tontonan lucu sekali, kau akan celaka cici kelinci... hi...hi..., “ si Keo Kera tertawa di dalam hati.
Dan saat si Cici Kelinci mendekati lubang, tiba-tiba terdengar “kraaaak...blung!” ternyata dahan pohon kenari yang tumbang, lalu melayang dan masuk ke dalam lubang.
Seketika si Cici Kelinci menghentikan larinya. “ toloooong!” jerit kesakitan dari lubang itu. Ruanya si Keo Kera ikut terjerumus ke dalamnya, bersama dahan pohon kenari yang patah itu.
Ternyata si Cici Kelinci baik hati. Dengan segera dia mengambil seutas tali. Dia ingin menolong si Keo Kera, sahabatnya, agar bisa keluar dari lubang pembawa celaka.
Keo kera segera meraih seutas tali yang diulurkan oleh si Cici Kelinci. Dan akhirnya, si Cici berhasil membantu si Keo Kera keluar dari lubang itu.
“ Cici, terimakasih atas pertolonganmu,”kata si Keo Kera sambil menunduk tersipu-sipu. “siapa yang menggali lubang itu?” tanya si cici. Si Keo Kera menjawab, “galianku sendiri.”
“Cici kelinci, maafkanlah aku, sebenarnya lubang ini untuk mencelakakanmu,” dengan jujur si Keo Kera mengaku apa adanya. Dia benar-benar telh menyesali perbuatannya.
“sudahlah, Keo Kera!” kata Cici Kelinci. “yag penting, jangan kau ulangi perbuatanini dan tutuplah kembali lubang yang kau gali.” Begitulah, sejak itu Keo Kera tak nakal lagi.
 

Kelinci dan Burung Pipit



B
urung pipit adalah burung yang sangat kecil. Ia dikenal oleh kawan-kawannya sebagai burung yang tidak menyenangkan karena selalu menceritakan kelemahan-kelemahan binatang lain.
Banyak binatang dan burung yang mengeluhkan tentang apa yang selalu dilakukannya. Tetapi ia tidak menghiraukan keluhan-keluhan mereka.
Akibat ulah burung pipit itu, banyak diantara sesama penghuni hutan yang berselisih.
D
isuatu pagi, burung pipit duduk diatas sebatang kayu. Ia terus mengamati seekor kelinci di tempat itu.
Kelinci berkata pada diri sendiri, “aku akan melakukan sesuatu untuk membuat sang rubah marah.” Sang kelinci tidak menyadari bahwa suaranya terdengar oleh burung pipit.
Karena burung pipit kebetulan mendengar apa yang baru saja dikatakan sang kelinci maka ia pun berkata, “oh… Tuan Kelinci, kamu tidak akan dapat melakukannya karena aku akan mengatakannya pada Tuan Rubah.”

K
etika kelinci itu mendengar ancaman sang pipit, sang kelinci pun memophon padanya agar sang pipit tidak mengatakannya pada sang rubah. “Tuan Pipit, mohon jangan katakan hal itu pada sang rubah.”
Sang pipit tidak peduli dengan permintaan sang kelinci. Selanjutnya, ia pun terbang untuk menemui sang rubah untuk mengatakan apa yang baru saja didengarnya dari sang kelinci.
Kelinci pun jadi kebingungan. Dia merasa takut dan gelisah karena dia tidak tahu harus berbuat apa. Disa terus berpikir tenrtang apa yang harus dia lakukan. Selanjutnya, ia mendapatkan suatu ide cemerlang.

S
ang rubah sangat marah ketika mengetahui apa yang akan dilakukan kelinci. Dia tidak berp[ikir lama dan segera meninggalkan tempatnya untuk menemui sang kelinci.
Sebelum sang rubah memasuki tempat persembunyian sang kelinci, kelinci pun sudah mengerti apa yang akan terjadi padanya. Sang kelinci pun menyapa sang rubah dengan sangat sopan, “Tuan Rubah! Tuan Rubah! Apa yang bisa aku lakukan untuk anda hari ini?”
“Apa? Jangan berpura-pura sopan!” jawab sang rubah dengan marahnya.
“Janganlah masuk ke dalam rumahku!” kata kelinci.“Mengapa? Aku datang kesini hanya untuk menanyakan ancamanmu. Kamu mau membunuhku, bukan?” kata sang rubah.
“Itu tidak mungkin. Kamu yang datang kesini untuk membunuhku dan membakar rumahku, kan? Kata sang kelinci.
“Siapa yang mengatakan hal itu?” Tanya sang rubah keheranan.
“Burung pipit,” jawab sang kelinci.
“Apa kamu yakin?” Tanya sang rubah.
“Ya, dia yang memperingatkanku akan ancamanmu,”  sahut sang kelinci.

S
etelah mendengar jawaban sang kelinci, rubah pun tidak bisa mengatakn apa-apa. Selanjutnya, ia pun meninggalkan tempat persembunyian sang kelinci untuk menemui sang pipit kembali.
Beberapa hari kemudian, burung pipit duduk-duduk dekat lubang rubah. Ia terus menunggu sampai sang rubah ke luar sarangnya.
Ketika sang rubah keluar dari tempat persembunyiannya, ia menegur burung pipit dengan marahnya, “Apa sebetulnya yang kamu inginkan?” katanya.
“Ada sesuatu yang ingin saya ceritakan pada tuan rubah,”jawab burung pipit.
“Oh…silakan mendekat Tuan Pipit, aku akan mendengarkan ceritamu,” kata rubah.
K
emudian burung pipit meloncat ke batu depan sang rubah.
“Berdirilah di atas kepalaku Tuan Pipit. Telinga kiriku tidak bisa mendengar dengan baik. Biarlah aku mendengarkan ceritamu dengan telinga kananku, “pinta sang rubah.
Sang pipit merasa senang ketika mendengar permintaan sang rubah. Setelah sang pipit berada di atas kepala sang rubah, sang rubah pun berkata, “mengapa kamu tidak berada di mulutku saja? Aku yakin aku bisa mendengar ceritamu dengan lebih jelas.”
“Oh…itu ide yang bagus!” kata sang pipit. Karena ia merasa senang mendengar permintaan sang rubah, dia pun melompat ke dalam mulut sang rubah. Rubah pun mengatupkan mulutnya dengan rapat dan memakan sang burung pipit. “Sekarang, silakan teruskan ceritamu tentang diriku,” kata sang rubah. Dengan gigi-giginya yang tajam, sang rubah pun terus mengunyah burung pipit dan memakannya sampai habis.



Bolly Anjing yang Rakus



Bolly Anjing yang Rakus
Bolly adalah seekor anjing yang sangat lucu. Pada suatu hari bolly mencuri sepotong tulang yang besar di warung. Ia berlari kencang sekali sehingga tidak terkejar oleh si tukang daging. Ia berlari ke ladang sambil membawa tulang di moncongnya. Ia ingin makan semua tulang sendirian.
Saat perjalanan ke ladang bolly melewati sebuah sungai kecil, dan ada sebuah jembatan sempit di atasnya. Bolly berjalan di jembatan itu sambil melihat ke air, ia melihat bayangan nya sendiri di dalam air. Bolly berfikir ada anjing lain dengan tulang di mulut nya, dan menyangka tulang yang di mulut anjing itu lebih besar dari pada yang ia bawa. Bolly meloncat ke dalam air untuk merebut tulang yang lebih besar dari anjing yang ia lihat tadi, ia meloncat dengan sangat kuat sehingga tulang di mulutnya terlepas. Bolly mencari di mana-mana tetapi tidak menemukan anjing lain selain dirinya.
Bolly pulang kelaparan dan kedinginan. Ia kehilangan tulang yang ia curi dari tukang daging dan tidak mendapatkan apapun karena ia terlalu rakus.

singa & tikus


SINGA DAN TIKUS 

Ada seekor singa sedang mencari mangsa dan mengintai tikus
“Inilah makananku yang  terenak!” seru sang singa.
“tolong lepaskan aku!aku akan membalas kebaikanmu ini!” janji si Tikus
Sang Singa merasa kasihan dan melepaskan si Tikus itu.
Sang Singa melanjutkan perjalanan dan berkata “Akulah si Raja Rimba yang baik hati.”
Tiba-tiba, sang Singa terjebak jerat pemburu. Ia tak bisa melepaskan diri.
Si Tikus mendengar teriakan sang Singa. Ia pun menjumpai sang Singa yang terperangkap.
Ia mengerat tali jaring dengan gigi tajamnya. Dan sang Singa pun bebas.
Sang Singa berterima kasih kepada si Tikus.  Sejak itu, mereka jadi sahabat yang baik.

Rabu, 05 Oktober 2011

Petualangan Bersepeda


  Petualangan Brsepeda      

A
nak-anak (Fitri, Ai, Siti, Elok, Ira)sedang hobi bersepeda. Hari ini, mereka mau bersepeda berkeliling bukit. Mereka menyiapkan bekal, makanan dan minuman.
Rika juga ikut bersepeda, dia berangkat belakangan,. Tetapi,,,tahu-tahu,,,menyalip anak-anak ditengah jalan. “aku duluan!”. Serunya.         Ketika sampai ditikungan, Fitri, Ai, Siti, Elok, Ira melihat Rika duduk disebuah batu besar sambil makan bekal.” Ugh,,,kalian lama sekali!” ledeknya.
Fitri, Ai, Siti, Elok, Ira pun meninggalkan Rika yang masih asyik dengan bekalnya.
 Tetapi,,,lagi-lagi, Rika menyalip mereka.” Selamat tinggal!”. Serunya.
Ditanjakkan Rika mengayuh sepedanya sekuat tenaga. Nafasnya tersengal-sengal. Keringatnya bercucuran. Tiba-tiba!!! Terdengar dering sepeda dibelakangnya. Kali ini, gantian Ira dan teman-temannya yang menyalip Rika.”maaf,,,Rika kami duluan!”. Sapa Ira.

Sampai ditempat yang agak lapang, Ira dan teman-teman berhenti untuk beristirahat dan makan bekal mereka. Ketika bekal hampir habis, Rika baru muncul.
    
Rika pun turun untuk beristirahat. Ketika membuka tas,,, Rika terkejut ternyata bekal Rika sudah habis. Rika kebingungan karena perutnya lapar. Untungnya Ira dan kawan-kawan masih menyisakan bekal mereka. Dan memberikannya kepada Rika.
ss